Sabtu, 22 Juni 2013

MALAIKAT TAK BERSAYAP ITU BAPAKKU (VI)


22 Juni 2013
                                  malaikat tak bersayap itu bapakku (vi)

Dua sisi hati saling bertolak
Menonjolkan daya masing-masing
Dan itulah perjuangan
Sang power kan dominan
Pengaruhi hati
Perdaya pikiran
Refleks dalam perbuatan

            Siang itu, Faiz diantar bapaknya kontrol dokter di Rumah Sakit. Perkembangan tulang tangannya sudah membaik. Faiz duduk di ruang tunggu, menunggu bapaknya menebus obat di apotik. Handphone milik Faiz berdering. Dengan agak susah Faiz merogoh kantong celananya untuk mengambil handphone. Maklum, tangan yang satu belum dilepas perbannya.
“Hallo, da..pa ...Dika ?”, tanya Faiz ketika mengangkat telpon.
“Hey, bro ! gimana keadaanmu ? dah baikan, belum ?”, tanya Dika.
“Dah lumayan membaik, kok. Tapi masih manja tangannya, minta digendong kemana-mana ! Haa...hhaa..”, jawab Faiz sambil tertawa.
“Heee...hhee...! Ingat ga hari ini ulang tahunmu. Masa mau garingan aja, bro !”, Dika mengingatkan Faiz.
“Aduh...lupa !”, Faiz menepuk jidatnya.
“Entar malam dirayain di cafe yuk !”, Dika mengajukan proposal lisannya.
“Waduh...gimana nih ? heemmm....ya udah ntar sore kamu jemput aku di toko meubel bapakku ya ! udah dulu !”, Faiz buru-buru menutup telpon ketika melihat bapaknya datang menghampiri.
            Faiz dan bapaknya sudah mau pulang dari Rumah Sakit.
“Faiz, bapak mau antar kitchen set ke luar kota, kamu mau ikut, pulang atau menunggu di toko ?”, tanya bapaknya sambil menstarter mobilnya.
“Di toko aja, pak ! di rumah sendirian jadi boring”, jawab Faiz. Akhirnya mereka menuju ke toko meubel.
            Sesampai di toko, bapaknya Faiz mempersiapkan barang-barang yang akan dikirimnya. Faiz nonton TV di sofa di ruang samping toko.
“Anak-anak...saya dan wahyu berangkat dulu ya !”, bapaknya Faiz berpamitan.
“Ya, pak !”, jawab karyawan satunya, Andi. Faiz hanya menengok sebentar ke arah bapaknya, lalu melanjutkan nonton acara TV lagi.
            “Mas Andi, tolong aku dibelikan gado-gado di dekat perempatan itu ya ! biar aku yang jagain tokonya”, Faiz menyodorkan sejumlah uang ke Andi.
“Loh, depan itu kan ada !’, Andi menawar.
“Ga enak. tolong, dong !”, Faiz merengek. Andi pun menuruti keinginan Faiz. Ia pergi beli gado-gado dengan mengendarai sepeda motor.
            Faiz melirik kotak uang toko. Terlihat kuncinya menggantung di pintu kotak. Dihampirinya kotak uang tersebut. Dibukanya perlahan-lahan. Matanya terbelalak melihat tumpukan uang omset toko hari ini. Diambilnya uang ratusan ribu sebanyak dua belas lembar. Dimasukkannya uang tersebut dalam sakunya. Lalu ditutup rapi kotak uang toko milik bapaknya itu.
            Tak lama kemudian, Andi datang menenteng bungkusan.
“Dah datang gado-gadonya !”, Andi mempersiapkan peralatan makan untuk mereka berdua.
            Sore jam lima, Dika datang. Faiz pun bersiap-siap hendak pergi.
Mas Andi, saya pergi sama Dika dulu ya !, biar nanti saya sms bapak “, Faiz pun berpamitan.
“Iya, hati-hati !”, jawab Andi sambil melayani pembeli.

@#@#@ Bersambung @#@#@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar