Senin, 17 Juni 2013

MALAIKAT TAK BERSAYAP ITU BAPAKKU


17 Juni 2013

malaikat tak bersayap itu, bapakku
(i)

Kerasnya tulangmu
Sekeras perjuanganmu
Tak mudah Engkau lewati
Aral terjal di depanmu
Namun, kuatnya doamu
Ketegaran langkahmu
Memperkuat kokohnya hidupku

            Hari ini hari minggu. Faiz bersama dua orang temannya yaitu Dika dan Karim sedang jalan-jalan di toko buku Gramedia. Sebenarnya mereka tidak bermaksud untuk beli buku. Karena udara kota Jogja siang itu sangat panas, maka mereka memutuskan untuk ngadem di AC toko buku Gramedia. Lumayan, sambil nunggu sore pas udara mulai berkurang panasnya.
“Langsung aja kita ke tempat buku ya !, sambil jalan-jalan sambil liat buku dan sapa tau ketemu cewek cakep...hhee...hheee...!”, kata Dika sambil tertawa.
“Ah, cewek cakep yang sok cuek....! hi...ogah banget !’, kata Faiz sambil mengangkat kedua bahunya.
“Itu namanya cewek alim !’, ucapan Karim mengandung pembelaan.
            Ketiga cowok tersebut lihat buku-buku sambil membuka buku yang sekiranya menarik perhatian mereka.
malaikat tak bersayap itu ibuku.....ibu kau bidadari....buatlah bidadari surga cemburu....!”, Faiz membaca judul buku yang sedikit mengusik perhatiannya.
“Ah, semua kok tentang ibu dan wanita, jarang yang menceritakan kehebatan seorang bapak atau laki-laki ya !”, kata Faiz kemudian.
“Ya kamu yang nulis aja !”, Karim menanggapi ucapan Faiz.
“Ya memang tahun ini yang lagi top tentang wanita dan ibu...mungkin tahun depan baru tentang laki-laki atau bapak....dan tahun berikutnya lagi tentang hebatnya kakek dan nenek....kaleee...!”,kata Dika yang bernada canda.
            Faiz terus menelusuri rak-rak buku yang bertema seputar wanita. Guubbrrraaakkk......!. Tangan Faiz tak sengaja menyenggol susunan buku hingga berjatuhan.
“Ati-ati, bro !”, Karim membantu menyusun buku yang berjatuhan dan dikembalikan di rak.
“Sorry, tak sengaja !”, Faiz membela diri.
“Makanya...nyentuh buku jangan sentimen gitu...!”, Dika melirik Faiz yang menggeleng.
“Kamu tuh dari tadi yang diubek-ubek buku tentang wanita, muluu....hayoww...da apa, nih ?”, Karim meledek Faiz.
“Ya, udahlah...saya pindah sana aja !”, Faiz meninggalkan kedua temannya yang melongo gak jelas raut mukanya.
            Tanpa terasa hari sudah sore. Hal ini baru disadari oleh Faiz dan temannya ketika perut mereka mengingatkan waktunya minta diisi.
“Makan apa, nih ?”, tanya Dika.
“Makan angin...gratis...!”, jawab Faiz.
“Ada makanan yang paling uueeennnaaakkk.....sedunia !”, kata Dika.
“Apa....?”, tanya Karim dan Faiz hampir bersamaan.
“Makanan yang udah enak, higienis....posisi kita lapar banget seperti sekarang ini dan satu lagi.....ada yang nraktir...!”, jawab Dika sambil tertawa terkekeh-kekeh. Faiz dan Karim pun ikut tertawa.
“Mantep...!”, kata Karim kemudian.
            Akhirnya mereka makan mie ayam plus es jerman alias es jeruk manis. Setelah itu mereka masih nerusin nongkrong di mall, habisin week end mereka. Tak terasa sudah pukul sebelas malam. Mereka berpencar, meneruskan gerilya di rumah masing-masing.

                                        @#@#@ Bersambung @#@#@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar