Minggu, 09 Juni 2013

SANG PENAKLUK HATI (II)

9 Juni 2013
sang penakluk hati (ii)

Dalam bianglala senja kutitipkan
Segala perasaan tak karuan yang menjeratku
Kuingin lepaskan semua itu       
Imajinasi yang menyiksa batinku
Biarkan berhamburan dihembus sang bayu
Atau, lenyap di telan kabut kenyataan hidup
Berganti dengan asa yang pasti.

            Senja itu benar-benar Wenda galau...abiiisss...!. Suasana rumah yang sepi karena semua lagi bepergian membuat bayangan Arjuna menemani kemanapun dan apapun aktifitasnya.
“Hhhaaaddeewwhh.....ini gila..bener-bener..gila...!”, Wenda ngomong sendiri. Dia menghempas-hempaskan buku-buku yang ada di depannya.
“Aku tau kalo dia hanya....ngomong di mulutnya...bukan dari hatinya...tapi aku kok ngerasa terpengaruh gitu ya..!”. Wenda beranjak menuju dapur untuk membuat coklat hangat. Dia berfikir mungkin coklat hangat mampu menetralisir pikiran tak karuan yang melanda dirinya.
“Masa, sih...aku jatuh hati pada Arjuna...?”, Wenda menebak sendiri hatinya. Hal yang sebenarnya tak diinginkan. Bahkan tak percaya kalau segampang itukah ia jatuh hati.
Ttwuuuiiitt....!. Bunyi sms masuk. segera Wenda ambil handphonenya sambil menyeruput coklat hangatnya. Pesan dari Arjuna, Ooogghh !. Wenda buka dan, “lagi ngapain say.....! lagi mikiran aku yaa....ketahuan..hayoww..!”, bunyi sms dari Arjuna.
“Nih anak tau aja ! mungkin dia telah nyebarin virus ke pikiranku kali ya...dan dia bisa mantau  apa yang sedang aku pikirkan ?...ooouuggghhh...tidaaaakkkk...!”, Wenda menjadi merinding tak jelas.
“Sok tau, yang pasti...tidaklah...jangan ge...er...ya...!”, Wenda membalas sms dari Arjuna.
“Aku tau warna hatimu...nda..! karena warnanya telah menjadi pelangi di hatiku....!”, bunyi sms Arjuna.
“Ciiieee...ccciiiieeee...gak ngaruh ke aku...kaalleeee...!”, balasan sms Wenda yang senyum-senyum dengan sinar mata yang berbinar-binar.
“Getaran nada suara hatimu tak bisa bohongi aku..! Seperti not-not nada yang bisa aku tebak apa irama selanjutnya...”.
“Tau..gak...? aku merasa sekarang sinar matamu berbinar menyambut perasaanku ke kamu...dech..!”, Arjuna benar-benar bisa ngikutin apa yang ada di hati Wenda.
Wenda sendiri kaget bukan kepalang. Ingin ia banting handphone-nya kalau tak ingat itu barang mewah baginya. Akhirnya Wenda jadi membanting handphone-nya, tapi di kasurnya. Tentu karena ia yakin tidak rusak karena empuk.
Ttwwuuiiitt...! ada sms masuk. Wenda sengaja tak membukanya. Ia ambil handphone-nya dan menaruhnya dalam laci, aman tuk sementara ketika ia berusaha menenangkan hatinya. Wenda benar-benar falling in love ke Arjuna. Wenda rebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia tarik selimutnya sampai menutupi kepalanya. Berusaha untuk tidur, kalau bisa. Semakin ia pejamkan mata, semakin jelas wajah Arjuna di pelupuk matanya. Wenda terkadang senyum-senyum sendiri. Tak lama berubah menjadi geram. Raut mukanya silih berganti. Gambaran jelas apa yang ada di hatinya. Antara penolakan dan penerimaan.
            Ramai suasana rumah Wenda karena keluarganya sudah pulang dari tempat neneknya. Wenda yang belum bisa tidur melongokkan kepalanya dari balik selimut, memastikan suara yang berasal dari ruang tengah. Wenda lari keluar kamar tuk menyambut kedatangan mereka. Dia pikir dengan membaur bersama canda tawa keluarganya akan bisa lari dari bayangan Arjuna.

                                                @@@ Bersambung @@@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar