8 Juni 2013
SANG PENAKLUK HATI (I)
Untaian
katamu penuh makna
Dalam
kerlingan rasa
Menyelusuri
getar-getar hati
Senyummu
membuat ku tersanjung
Sinar
matamu bangkitkan desiran cinta
Kehadiranmu
selalu dirindu
“Tunggulah...sebentar
lagi dia pasti muncul, kok !”, Sephia menjawab sambil main handphone.
“Hhuuuhhhh....”,
Yenia menghempaskan tubuhnya ke kursi setelah mondar-mandir.
“Coba
kamu telpon aja, yen !”, Ardian menghampiri Yenia dan duduk di samping gadis
beramput panjang itu.
“Halo...Arjun....kamu
di mana ?”, tanya Yenia lewat telpon.
“Aku
di ..hatimu...!”, suara Arjuna begitu dekat...aagghh...ternyata ia telah
berdiri di belakang Yenia dan Ardian
“Hhuuuhhh...ditunggu
dari tadi gak datang...datang...hampir aja aku dah mau pulang !”, Sephia kesel
bukan kepalang.
“Wah..sepi,
dong..tanpa dirimu..!”, jawab Arjuna dengan santainya.
“Udahlah...ayo
segera kita mulai aja diskusinya....!”, Wenda membuka notebooknya.
“Memulai
apa,sih...?”, Arjuna bertanya.
“Haddewwcchhhh....ya
planing presentasi komunikasi untuk kita besok, dong...!”, Wenda melotot ke
arah Arjuna.
“Oowww...saya
kira mempresentasikan perasaanku untuk mendapatkan cintamu !”, Arjuna tetap
menggombal sambil senyum-senyum. “Haaa....hhhaaa.....!”, semua tertawa serentak,
termasuk Wenda. Namun, ada yang lain dirasakan oleh Wenda dalam hatinya yang
berubah mewarnai perasaan seperti raut mukanya yang agak kemerah-merahan.
Setelah mereka selesai berdiskusi,
akhirnya saling berpamitan. “Ini beneran...pada mo pulang ?”, tanya Ardian.
“Iyaa....laaacchh..! Dah sore juga...!”, Sephia mantap menjawabnya.
“Perlukah
daku antar dikau sampai depan rumah masa depan kita...!”, Arjuna mulai lagi
ngegombalnya.
“Rumah
masa depan...maksudnya..kuburan..kale..!”, Ardian tertawa ngakak sampai
terbatuk-batuk. Yang laen juga iuran tawa.
“Wenda...nanti
aku telpon..ya..! kamu harus dengar curhatan hatiku...!”, Arjuna ganti merayu
Wenda.
“Ogaaagghh...males
banget...!”, Wenda segera kabur. Padahal dalam hatinya pengin juga dengar
curhatan sang Arjuna,”...tapi..ach ! sudahlah !”. Wenda menghentikan Arjuna
bermain dalam pikiran terus.
Sampai rumah ternyata sosok Arjuna
tak mau pergi dari dalam pikiran Wenda bahkan mencoba masuk dalam perasaannya. Wenda
tampak gelisah meskipun tahu kalau kebiasaan Arjuna suka merangkai kata-kata
gombalnya sebagai rayuan maut.
@@@
Bersambung @@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar