TUGAS PENOKOHAN “SAPI”
SAPIA (SAPI PENGGODA)
Sapia....malam
ini ku takkan datang
Mencoba
tuk berpaling. sayang...dari cintamu
Sapia.....malam
ini ku takkan..pulang
Hadapilah
kini....kisah kita takkan abadi....
Selamat
tinggal kekasih gelapku...
(Terinspirasi
dari lagu shela on 7 )
Malam
itu aku datang di sebuah cafe. Ada acara ulang tahun temanku. Kalau bukan
temanku akrab yang punya acara, aku enggan masuk ke tempat seperti ini. Tampak
tamu para undangan mulai berdatangan. Sebagian besar aku tidak mengenalnya.
Mataku tertuju pada sebuah sosok yang...aduhai...!.Aku mencoba mendekati gadis
yang duduk sendirian tersebut.
“Ehmmm.....boleh
gabung, mbak ?”, tanyaku harap-harap cemas. Aku lihat sosoknya yang besar,
tinggi, putih, dan perawakan australi. Matanya yang besar en bundar tajam
memandangku. Aku gugup.
“Ehh...silahkan....!
saya juga sendirian, kok !”, jawabnya sambil santai.
“Yeessss....!”,
teriakku dalam hati. Aku pun duduk di hadapannya. Tak jemu kulihat paras ayu
dan indahnya makhluk yang ada di depanku.
“Sapia !”,dia
mengulurkan tangannya. Aku sambut tanganya dengan hangat.
“Aku Limosin !”, aku
mantap menyebutkan namaku meski seperti nama jenis sapi.
Kami pun ngobrol. Sampai masalah pribadi pun terungkap.
Sapia adalah wanita yang merasa dimanfaatkan oleh pacarnya. Dia dijadikan “sapi
perah” atau “ATM berjalan” oleh sang pacar. Menyedihkan !. Dia sadar, namun
karena “atas nama cinta” sapia rela diperlakukan demikian oleh pacarnya.
“Duh, wanita secakep
kamu....kok digituin oleh orang yang katanya sayangi kamu !”, kataku kepadanya.
Dia hanya tersenyum getir. Sapia berpamitan setelah menerima telepon. Sebelum
pergi dia ngasih nomor telepon yang di tulis pada secari kertas.
Suatu waktu Sapia ngajak ketemuan. Dan kami pun sering
melakukan back street meski hanya sekedar makan ataupun ngobrol. Hubungan kami
terbilang dekat meskipun belum ada komitmen apapun. Aku menyadari kalau dia ada
yang punya. So, itu menjadi pagar bagi diriku.
Hubungan kami sudah tidak terlalu nyaman lagi. Melihat
dia gugup dan berbohong ketika pacarnya telepon, ataupun aku yang merasa
menjadi orang ketiga.
“Malam minggu kita
ketemuan ya, di cafe Kanza seperti biasanya !”, katanya melalui sms. Aku tidak
menjawabnya. Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan ?
Pergolakan batin terus terjadi. Akhirnya aku memutuskan
untuk tidak menemuinya lagi dan untuk selamanya mungkin. Posisiku tidak bagus.
Menjadi orang ketiga !. Aku ganti nomor handphone dan dia tidak tahu alamat
rumahku atau teman-temanku. Aman !.
“Sapia, maafkan aku !
Meskipun kamu sosok wanita yang aku kagumi, berharga seperti sapi impor,
misalnya...!.perawakanmu yang menggoda. ..bak sapi yang membuat para pria
korupsi, namun aku harus menggunakan
akal sehatku bahwa cinta kita takkan abadi !”, kataku dalam hati. Biarlah dia
menyebutku pengecut !. Setidaknya aku yakin sebuah kebenaran ketika aku
memutuskan perselingkuhan ini.
######
Tidak ada komentar:
Posting Komentar