Kamis, 13 Juni 2013

SAPI 2014


TUGAS PENOKOHAN “SAPI”
SAPIA (SAPI PENGGODA)

Sapia....malam ini ku takkan datang
Mencoba tuk berpaling. sayang...dari cintamu
Sapia.....malam ini ku takkan..pulang
Tak usah kau mencari aku, demi cintamu
Hadapilah kini....kisah kita takkan abadi....
Selamat tinggal kekasih gelapku...
(Terinspirasi dari lagu shela on 7 )

Malam itu aku datang di sebuah cafe. Ada acara ulang tahun temanku. Kalau bukan temanku akrab yang punya acara, aku enggan masuk ke tempat seperti ini. Tampak tamu para undangan mulai berdatangan. Sebagian besar aku tidak mengenalnya. Mataku tertuju pada sebuah sosok yang...aduhai...!.Aku mencoba mendekati gadis yang duduk sendirian tersebut.
“Ehmmm.....boleh gabung, mbak ?”, tanyaku harap-harap cemas. Aku lihat sosoknya yang besar, tinggi, putih, dan perawakan australi. Matanya yang besar en bundar tajam memandangku. Aku gugup.
“Ehh...silahkan....! saya juga sendirian, kok !”, jawabnya sambil santai.
“Yeessss....!”, teriakku dalam hati. Aku pun duduk di hadapannya. Tak jemu kulihat paras ayu dan indahnya makhluk yang ada di depanku.
“Sapia !”,dia mengulurkan tangannya. Aku sambut tanganya dengan hangat.
“Aku Limosin !”, aku mantap menyebutkan namaku meski seperti nama jenis sapi.
            Kami pun ngobrol. Sampai masalah pribadi pun terungkap. Sapia adalah wanita yang merasa dimanfaatkan oleh pacarnya. Dia dijadikan “sapi perah” atau “ATM berjalan” oleh sang pacar. Menyedihkan !. Dia sadar, namun karena “atas nama cinta” sapia rela diperlakukan demikian oleh pacarnya.
“Duh, wanita secakep kamu....kok digituin oleh orang yang katanya sayangi kamu !”, kataku kepadanya. Dia hanya tersenyum getir. Sapia berpamitan setelah menerima telepon. Sebelum pergi dia ngasih nomor telepon yang di tulis pada secari kertas.
            Suatu waktu Sapia ngajak ketemuan. Dan kami pun sering melakukan back street meski hanya sekedar makan ataupun ngobrol. Hubungan kami terbilang dekat meskipun belum ada komitmen apapun. Aku menyadari kalau dia ada yang punya. So, itu menjadi pagar bagi diriku.
            Hubungan kami sudah tidak terlalu nyaman lagi. Melihat dia gugup dan berbohong ketika pacarnya telepon, ataupun aku yang merasa menjadi orang ketiga.
“Malam minggu kita ketemuan ya, di cafe Kanza seperti biasanya !”, katanya melalui sms. Aku tidak menjawabnya. Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan ?
            Pergolakan batin terus terjadi. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menemuinya lagi dan untuk selamanya mungkin. Posisiku tidak bagus. Menjadi orang ketiga !. Aku ganti nomor handphone dan dia tidak tahu alamat rumahku atau teman-temanku. Aman !.
“Sapia, maafkan aku ! Meskipun kamu sosok wanita yang aku kagumi, berharga seperti sapi impor, misalnya...!.perawakanmu yang menggoda. ..bak sapi yang membuat para pria korupsi,  namun aku harus menggunakan akal sehatku bahwa cinta kita takkan abadi !”, kataku dalam hati. Biarlah dia menyebutku pengecut !. Setidaknya aku yakin sebuah kebenaran ketika aku memutuskan perselingkuhan ini.

######

Tidak ada komentar:

Posting Komentar